Desa Pekandangan Jaya merupakan satu desa dari ratusan desa yang tersebar di Kabupaten Indramayu. Semula nama desa itu adalah Desa Pekandangan, namun karena luas wilayah ditambah jumlah penduduk yang padat, sehingga di tahun 1982 dimekarkan menjadi Desa Pekandangan dan Pekandangan Jaya.
Desa Pekandangan Jaya terletak di Kecamatan Indramayu atau jaraknya sekira 4 kilometer dari pusat kota Indramayu. Desa ini memiliki luas wilayah sekira 393.456 hektare dengan jumlah penduduk sebanyak 5.565 jiwa. Dari jumlah jiwa tersebut, pria 2.745 orang dan perempuan 2.820 yang mendiami di 3 Blok, masing-masing Blok Kalen Tenong, Blok Pecut dan Blok Pegaden.
Dalam kesehariannya, masyarakat setempat hidup rukun bertetangga, harmonis bahkan sering kali bergotong royong. Sementara pemerintah desa setempat mengandalkan pengasilan asli desa (PADes) dari tanah bengkok (baca: carik) seluas 17 hektare. Tanah bengkok yang dikelolanya menghasilan 102 juta dalam setiap tahun.
Kuwu Desa Pekandangan Jaya Asnali mengatakan, pendapatan tersebut masih belum mencukupi untuk kehidupan rumah tangga pemerintahan desa risiko lain-lain. Meski jumlahnya mencapai ratusan juta, namun jika dibagi per bulan kemudian dibagikan untuk para pamong desa masih belum memadai.
Kendati begitu, Asnali harus berlapang dada. "Bukan itu yang kita cari, tetapi pengabdian kami untuk melayani masyarakat," ucap Asnali yang ditemui KC, Kamis (7/1/2021) di kantornya.
Dikatakan dia, dari pemekaran desa pada tahun 1982 silam, sudah beberapa kali pergantian kuwu. Pertama dijabat oleh Madamin, seorang anggota TNI sebagai kuwu PJ ataus pejabat sementara. Kemudian ke Saidi selama 8 tahun, lalu Tarmidi 8 tahun. Lalu pejabat sementara H Suwandi selama 3 tahun. Dan pemilihan kuwu kembali dijabat oleh kuwu terpilih Hasim selama 6 tahun.
Setelah berakhir masa jabatan dilakukan pemilihan kuwu dan terpilih nama Asnali yang menjabat dari tahun 2018 hingga sekarang.
Peran kuwu Asnali dalam strategi membangun masyarakat perlu diacungkan jempol. Pasalnya, dia banyak mendorong penduduknya untuk mendirikan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan berdikari guna mengangkat ekonomi keluarga. Kendati pun penduduknya memiliki pekerjaan bervariatif, dari petani, PNS, buruh dan lain-lain.
Motivasi Asnali membuahkan hasil, sejumlah UMKM berdiri. Bahkan produk kreasi home industry yang dikerjakan warganya dapat menembus pasaran hingga keluar wilayah Indramayu. Kabar baik tersebut ternyata didengar mahasiswa IPB. Selang beberapa waktu, sejumlah mahasiswa IPB Goes to Field dipimpin Dr. Sofyan Sjaf, SPt, Msi, menyambangi pemerintahan desa setempat.
Mereka melihat perkembangan dan potensi UMKM yang dilanjut menemui penggiat usaha. Di tempat itu, IPB Goes to Field memberikan memotivasi dalam pemanfaatan digital marketing untuk membantu pemasaran hasil UMKM.
"Salah satunya rombongan menemui Ibu Hj. Sri Sugiharti pemilik home industry pembuatan sirop unggulan 'Mangga Estu' dari tahun 2001 di Blok Kalen Tenong. IPB Goes to Field dipandu langsung bapak Sofyan Sjaf yang memberikan arahan, petujuk serta bimbingan bagaimana memasarkan produk usaha yang dihasilkan berjalan sukses
dengan pemanfaatan digital marketing," papar Asnali.
Selain itu, lanjut dia, mahasiswa IPB memberikan pelatihan kepada para pemuda desa guna meningkatkan keterampilan dalam mendesign kemasan produk termasuk cara memasarkannya dengan lebih kreatif.
"Kami atas nama pemerintah desa menyambut baik dan mendukung kegiatan mahasiswa IPB tersebut. Kami berharap dapat datang kembali untuk menstransfer pengetahuannya sehingga apa yang diinginkan para penggiat usaha, khususnya warga di desa kami dapat tercipta dan sukses," harapnya.
Namun kini, seiring dengan perkembangan UMKM, usaha warganya terkendala bahkan lesu. Hal itu menyusul Coronavirus disease-19 (Covid-19). Di massa pandemi Covid-19 ini kegiatan tersebut hampir 'down' dan menjadikan omsetnya menurun.
Kebijakan strategi dalam pembanguan desa, kuwu Asnali menekankan pada bidang infrastruktur, terutama jalan-jalan desa agar ada peningkatan dari sebelumnya. Dinilainya, jalan merupakan akses roda perekonomian masyarakatnya. Sehingga perlu mendapat sentuhan halus dan perhatian khusus, baik pembangunannya menggunakan cor beton, pengerasan maupun pemadatan.
"Pekerjaan ini sudah kita lakukan di jalan-jalan desa seperti menggunakan pengecoran beton yang panjangnya sudah ribuan meter. Saya berharap sarana jalan itu untuk memudahkan akses ekonomi warga sehingga lancar tanpa kendala, " jelasnya.
Sementara itu mengenai dan bantuan sosoal dari Pemerintah, menurut Asnali, dana bantuan langsung tunai (BLT) yang diberikan pemerintah kepada warga tidak efektif. Karena, dinilainya menggiring masyarakat untuk selalu berharap. Karena BLT banyak yang mau, baik warga kurang mampu atau mampu. Akibatnya membuat masyarakat tidak kreatif.
Untuk itu, dia menyarankan, jika perlu dana tersebut digunakan untuk swab masyarakat di tengah pandemi Covid-19 seperti ini. Setelah dilakukan swab, hasilnya akan diketahui mana yang positif dan tidak. Tentunya dengan cara tersebut dapat menekan penyebaran Covid-19, termasuk pula mengakhiri riwayat virus itu.
"Solusinya, jika ada yang positif tentunya dilakukan karantina. Untuk tempatnya bisa menyewa rumah atau gedung dan sarana lain yang layak untuk karantina dengan menggunakan dana tersebut. Jadi, tidak memberatkan pihak lain seperti rumah sakit dan lain-lain meskipun sudah tupoksinya," paparnya.
Masih dikatakan Asnali, di desanya ada gugus tugas Covid-19. Petugas itu yang nantinya dapat menangani tugasnya bersama gugus tugas setingkat di atasnya, namun sementara ini kurang maksimal diberdayakan.
" Contohnya saja ada warga saya yang positif. Tetapi kabar itu asalnya bukan dari petugas gugus Covid-19 desa, namun dari orang lain. Artinya, jika Swab dilakukan di desa maka kita juga akan mengetahui secara langsung mana yang positif dan tidak. Karena perarangkat desa lebih mengetahui kondisi desanya, terbukti kemarin ada 11 warga yang positif. Itu pun kabar dari orang luar," imbuhnya.(Udi Iswahyudi)
Sumber : kabarcirebon.pikiran-rakyat.com